Setiap manusia yang
terlahir dibumi dari yang pertama hingga yang terakhir adalah seorang pemimpin,
setidaknya ia adalah seorang pemimpin bagi dirinya sendiri. Bagus tidaknya
seorang pemimpin pasti berimbas kepada apa yang dipimpin olehnya. Karena itu
menjadi pemimpin adalah amanah yang harus dilaksanakan dan dijalankan dengan
baik oleh pemimpin tersebut,karena kelak Allah akan meminta pertanggung jawaban
atas kepemimpinannya itu. Dalam Islam sudah ada aturan-aturan yang berkaitan
tentang pemimpin yang baik diantaranya :
1. Unsur BBM
Ø Beriman dan Beramal Shaleh
Ini sudah pasti tentunya. Kita harus
memilih pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu menjalankan perintah
Allah dan rasulnya. Karena ini merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada
kehidupan yang damai, tentram, dan bahagia dunia maupun akherat. Disamping itu
juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam bentuk amal soleh.
Ø Memutuskan Perkara Dengan Adil
Rasulullah bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin mempunyai
perkara kecuali ia akan datang dengannya pada hari kiamat dengan kondisi
terikat, entah ia akan diselamatkan oleh keadilan, atau akan dijerusmuskan oleh
kezhalimannya.” (Riwayat Baihaqi dari Abu Hurairah dalam kitab Al-Kabir).
2.
Unsur BLT
Ø Berpegang pada Hukum Allah
Ini salah satu kewajiban utama
seorang pemimpin.
Allah berfirman,
"Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti
keinginan mereka. Dan berwaspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka
memperdayakan engkau terhadap sebahagian apa yang diturunkan Allah kepadamu.
Jika mereka berpaling (dari apa yang diturunkan Allah), maka ketahuilah
sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan
sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang
yang fasik."(Al-Maidah:49)
Ø
Laki-Laki
Dalam Al-qur'an
surat An nisaa' (4) :34 telah diterangkan bahwa laki laki adalah pemimpin dari
kaum wanita.
Kaum lelaki itu adalah pemimpin dan pengawal yang
bertanggungjawab terhadap kaum perempuan, oleh kerana Allah telah melebihkan
orang-orang lelaki (dengan beberapa keistimewaan) atas orang-orang perempuan,
dan juga kerana orang-orang lelaki telah membelanjakan (memberi nafkah)
sebahagian dari harta mereka. Maka perempuan-perempuan yang soleh itu ialah
yang taat (kepada Allah dan suaminya), dan yang memelihara (kehormatan dirinya
dan apa jua yang wajib dipelihara) ketika suami tidak hadir bersama, dengan
pemuliharaan Allah dan pertolonganNya. Dan perempuan-perempuan yang kamu
bimbang melakukan perbuatan derhaka (nusyuz) hendaklah kamu menasihati mereka,
dan (jika mereka berdegil) pulaukanlah mereka di tempat tidur, dan (kalau juga
mereka masih degil) pukulah mereka (dengan pukulan ringan yang bertujuan
mengajarnya). Kemudian jika mereka taat kepada kamu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi,
lagi Maha Besar.
Ayat ini menegaskan tentang kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum wanita.
Menurut Imam Ibnu Katsir, lelaki itu adalah pemimpin wanita, hakim atasnya, dan
pendidiknya. Karena lelaki itu lebih utama dan lebih baik, sehingga kenabian
dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian pula kepemimpinan tertinggi. Karena
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak akan beruntung suatu kaum
yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.”(Hadits
Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).
Ø Tidak Meminta Jabatan
Rasullullah bersabda kepada
Abdurrahman bin Samurah Radhiyallahu’anhu,
”Wahai Abdul
Rahman bin samurah! Janganlah kamu meminta untuk menjadi pemimpin. Sesungguhnya
jika kepemimpinan diberikan kepada kamu karena permintaan, maka kamu akan
memikul tanggung jawab sendirian, dan jika kepemimpinan itu diberikan kepada
kamu bukan karena permintaan, maka kamu akan dibantu untuk menanggungnya.”
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
3.
Unsur TTM
Ø Tidak Menerima Hadiah
Seorang rakyat yang memberikan hadiah
kepada seorang pemimpin pasti mempunyai maksud tersembunyi, entah ingin
mendekati atau mengambil hati.Oleh karena itu, hendaklah seorang pemimpin
menolak pemberian hadiah dari rakyatnya. Rasulullah bersabda,
” Pemberian
hadiah kepada pemimpin adalah pengkhianatan.” (Riwayat Thabrani).
Ø
Tegas
ini merupakan sikap seorang pemimpin yang selalu di idam-idamkan oleh
rakyatnya. Tegas bukan berarti otoriter, tapi tegas maksudnya adalah yang benar
katakan benar dan yang salah katakan salah serta melaksanakan aturan hukum yang
sesuai dengan Allah, SWT dan rasulnya.
Ø Menasehati rakyat
Rasulullah
bersabda,
”Tidaklah seorang pemimpin yang memegang urusan kaum Muslimin lalu ia tidak
bersungguh-sungguh dan tidak menasehati mereka, kecuali pemimpin itu tidak akan
masuk surga bersama mereka (rakyatnya).”
4.
Unsur PLN
Ø
Pandai
Tentu
pemimpin harus pandai. Ada beberapa hal yang harus dikuasia seorang pemimpin
yaitu ilmu islam, pengetahuan ilmia yang luas, pengetahuan umum, sejarah dan
pengetahuan negara di dunia, undang-undang, politik dan perdagangan
internasional. Jika seorang pemimpin tidak cerdas
maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah rakyatnya dan ia tidak dapat memajukan
apa yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus memiliki ilmu
tentang hukum-hukum syariat Islam dan juga ilmu politik dalam mengatur urusan
manusia. Allah berfirman:
قَالَ إِنَّ
اللّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ
Nabi
(mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”. (QS.
Al-Baqarah: 247).
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam Tafsirrnya
(1/264): “Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa seorang pemimpin hendaknya
memiliki ilmu dan kekuatan badan”.
Imam Syaukani berkata: “Apa yang
dapat dilakukan oleh seorang pemimpin ketika mendapati problematika rakyat
apabila dia seorang yang jahil? Minimal dia akan diam dan bertanya kepada orang
alim padahal dia tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tidak
demikian, Allah memeritahkan pada seorang pemimpin, tetapi hendaknya dia
memutuskan masalah dengan kebenaran dan keadilan”
Ø Lemah Lembut
Doa Rasullullah :
"Ya Allah, barangsiapa mengurus
satu perkara umatku lalu ia mempersulitnya, maka persulitlah ia, dan barang
siapa yang mengurus satu perkara umatku lalu ia berlemah lembut kepada mereka,
maka berlemah lembutlah kepadanya"
Ø
Niat yang
Lurus
Hendaklah saat
menerima suatu tanggung jawab, dilandasi dengan niat sesuai dengan apa yang
telah Allah perintahkan. Karena suatu amalan itu bergantung pada niatnya, itu
semua telah ditulis dalam H.R bukhari-muslim Dari Amīr al-Mu’minīn, Abū Hafsh
‘Umar bin al-Khaththāb r.a, dia menjelaskan bahwa dia mendengar Rasulullah
s.a.w bersabda:
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan
tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai
dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka
hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena
urusan dunia yang ingin digapainya atau karena seorang wanita yang ingin
dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”
Dengan mengetahui hakikat kepemimpinan di dalam
Islam serta kriteria dan sifat-sifat apa saja yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin, maka kita wajib untuk memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk
Al-Quran dan Hadits.
Kaum muslimin yang benar-benar beriman kepada
Allah dan beriman kepada Rasulullah saw dilarang keras untuk memilih pemimpin
yang tidak memiliki kepedulian dengan urusan-urusan agama (akidahnya lemah)
atau seseorang yang menjadikan agama sebagai bahan permainan/kepentingan
tertentu. Sebab pertanggungjawaban atas pengangkatan seseorang pemimpin akan dikembalikan
kepada siapa yang mengangkatnya (masyarakat tersebut). Dengan kata lain
masyarakat harus selektif dalam memilih pemimpin dan hasil pilihan mereka
adalah cerminan siapa mereka. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang
berbunyi: "Sebagaimana keadaan kalian, demikian terangkat pemimpin
kalian". Karena itu hendaklah menjadi seorang
pemimpin hanya karena mencari keridhoan ALLAH saja dan sesungguhnya
kepemimpinan atau jabatan adalah tanggung jawab dan beban, bukan kesempatan dan
kemuliaan.
Demikianlah Al-Quran dan Hadits menekankan
bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi pemimpin. Sebab memilih pemimpin
dengan baik dan benar adalah sama pentingnya dengan menjadi pemimpin yang baik
dan benar.